[BOOK REVIEW] Scarlet Love Song

judul buku : Scarlet Love Song 
pengarang :  Ghyna Amanda Putri
editor : Misni Parjiati
Tata Sampul : Aguz
Tata Isi : Endang
Pracetak : Antini, Dwi, Wardi
cetakan pertama, Agustus 2013
tebal buku : 208 halaman


Setiap gadis yang disukai Arthem Seravine, pasti gadis itu menyukai Nicholas  Lothaire, kakaknya dari satu ibu beda ayah.

Nicholas Lothaire adalah seorang maestro musik klasik muda berusia 27 tahun. Pada pertunjukannya di gedung putih Salle Pleyel Paris, ia diperkenalkan pada gadis berusia 18 tahun oleh Arthem. Namanya Scarlet Violans. Nicholas mengira usia Scarlet berada di sekitar 14 tahun. Pertemuan pertama mereka menjadi kurang menyenangkan bagi Scarlet.

Scarlet awalnya penggemar berat Arthem yang merupakan seorang bintang pop-yang diproduseri kakaknya sendiri. Namun setelah pertemuan itu, Scarlet mulai jatuh cinta pada Nicholas dan menganggap Arthem sahabat terbaiknya-meskipun Arthem-lah yang mencintainya. Ia berniat mengejar Nicholas hingga benar-benar mendapatkannya.

Pertemuan kedua, kala Scarlet memergoki Nicholas sedang memainkan piano di aula kampusnya dengan tampang sedikit lebih santai dan mengapit sebatang rokok di mulutnya. Ya, memang saat itu Nicholas sedang memiliki acara di kampus Scarlet. Dari sini Scarlet tahu, bahwa Nicholas tidak seramah yang kelihatannya. Image karismatik Nicholas yang pernah diagungkannya pun lenyap seketika. Namun hal itu membuat Scarlet semakin penasaran.

Pertemuan ketiga, gantian Nicholas yang memergoki Scarlet tengah memainkan piano di tempat yang sama. Ia melihat Scarlet yang kesulitan kala ingin menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk dirinya sendiri. Akhirnya Nicholas-lah yang memainkan pianonya. Hitung-hitung hadiah, katanya.

"Aku ingin tahu lebih banyak tentang sisi kasual seorang Nicholas Lothaire. Karena bagiku, dia benar-benar seperti tokoh dalam novel. Pencitraannya, karakteristiknya, kupikir dia tidak manusiawi, tapi menarik." (hal. 37)

... Ia amat yakin bahwa Nicholas adalah sumber kebahagiaan yang selama ini ia cari.
Pria itu mungkin membuatnya gila, tidak waras karena begitu menyebalkan. Nicholas yang kolot, yang membosankan, yang hanya bisa menertawai dirinya. Barangkali Scarlet telah terhipnotis alunan musik yang pernah Nicholas mainkan untuknya. (hal. 51)

Menulis lagu cinta itu mudah, lebih mudah daripada harus mengangkat tema lain, misalnya kehidupan atau persahabatan. Karena cinta hanya berputar pada perasaan dan situasi yang begitu saja; bahagia, kecewa, sengsara... Terlalu banyak hal-hal menyedihkan yang ternyata ia angkat dalam lagu cintanya. (hal. 53)

"Kau membuatku penasaran. Saat pertama kita bertemu, kau seseorang yang kharismatik, tapi pada pertemuan kedua menurutku kau sungguh arogan dan menyebalkan. Pertemuan ketiga, aku melihat sisi lain dirimu yang begitu ramah dan perhatian-yang begitu emosional saat memainkan piano itu. Hingga aku ingin merengkuhmu." (hal. 83)

Perjalanan Scarlet tidak berhenti di situ. Ia terus mengungkapkan perasaannya dengan mimik wajah serius meski Nicholas menertawainya. Ia bahkan mengejar Nicholas sampai ke Jerman kala lelaki itu melakukan konser di sana. Lama-kelamaan Nicholas tertegun dengan cara Scarlet, dan mau menerima gadis itu menjadi pacarnya.

Bagaimana kisah mereka selanjutnya?

***

Pertama kali lihat novel ini, aku terkesan banget dengan judul dan covernya yang sederhana tapi menarik. Scarlet Love Song dengan piano pada sampulnya. Ini pasti tentang musik, pikirku pada saat itu. Novel ini membawaku ke kota paling romantis di dunia, Paris, meskipun penulisnya tidak menuliskan dengan detail kota tersebut. Novel ini lebih fokus pada kedua tokoh utama, dengan musik klasik sebagai bumbunya.
Aku suka banget dengan tokoh Scarlet yang sangat gigih dalam memperjuangkan cintanya meski usianya masih muda, dan sering ditolak oleh Nicholas. Tingkah lakunya yang lugu dan polos membuat Arthem jatuh cinta, dan membuat Nicholas berpikir seribu kali untuk menerima cintanya. Konflik semakin seru saat muncul tokoh Andriela, gadis yang pernah disukai Arthem namun menyukai Nicholas, sama seperti Scarlet. Aku sangat menikmati novel ini sampai akhir, dan bersedia memberikan empat bintang.

***

"Aku tak bisa membiarkanmu pergi. Aku ingin kau mengajariku lebih banyak tentang cinta, cinta yang berwarna merah dan membahagiakan. Aku ingin membuat kisah ini memiliki akhir yang bahagia." (hal. 195)

You May Also Like

0 komentar

About Me